Selasa, 27 Desember 2011

budidaya semangka

Semua pedagang buah, baik di kios kakilima, toko buah, pasar tradisional, pasar swalayan bahkan pasar induk, selalu mengatakan bahwa semangka yang murah meriah itu paling banyak mendatangkan keuntungan



. Kelebihan semangka adalah, harganya sangat murah hingga bisa terjangkau oleh kantung masyarakat kelas bawah, yang populasinya massal. Semangka digemari karena kandungan airnya tinggi. Di kota-kota besar Indonesia yang umumnya terletak di dataran rendah berudara panas, buah dengan kandungan air tinggi akan sangat disukai masyarakat. Aroma dan rasa semangka juga netral, hingga bisa diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Meskipun tidak pernah ada orang yang fanatik menggemari semangga. Beda dengan durian, yang di satu pihak didukung oleh penggemar fanatik, namun di lain pihak ditolak secara fanatik oleh mereka yang tidak menyukainya.
Meski mengandung air sekitar 90%, kandungan gizi semangka masih cukup baik.  Tiap 100 gram daging buah semangka, mengandung energi30 kcal   (130 kJ), karbohidrat 7.6 gram, serat 0,4 gram, protein 0,6 gram, dan vitamin C 8 miligram (13%). Mereka yang diet kalori atau lemak, misalnya para penderita kelebihan kolesterol, asam urat dan darah tinggi, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi semangka. Baik dalam bentuk buah segar maupun jusnya. Bahkan untuk para penderita diabetes pun, semangka masih relatif aman, karena kandungan gula buahnya juga tidak terlalu tinggi, meskipun rasa semangka itu sangat manis. Keamanan semangka bagi pare penderita diabetes, disebabkan oleh kandungan airnya yang juga sangat tinggi. Warna daging buah semangka yang merah cerah atau kuning, juga sangat mengundang selera. Itulah faktor yang menyebabkan semangka menjadi buah yang paling digemari masyarakat.
Karena penggemarnya banyak dan harganya murah, semangka dan juga melon, menjadi pilihan utama para pengatur menu di hotel, restoran, acara rapat, pesta dan hajatan massal. Semangka paling dipilih, sebab meskipun sama-sama murah, nanas kurang disukai karena sering menimbulkan rasa gatal di rongga mulut. Pisang dan jeruk siam sebenarnya juga digemari masyarakat, namun harganya relatif lebih tinggi dibanding dengan semangka dan melon. Karena menjadi pilihan para pengatur menu massal, maka permintaan semangka tidak pernah rendah. Namun permintaan semangka yang selalu tinggi ini, tidak selalu diikuti oleh produksi yang juga tinggi serta kontinu. Sebab budidaya semangka, paling banyak tetap mengandalkan lahan sawah pada musim kemarau. Budidaya semangka dengan teknologi modern di lahan kering, belum banyak dilakukan petani kita.
# # #
Semangka acapkali dianggap masih satu genus dengan melon, hingga disebut watermelon. Padahal meskipun masih satu famili Cucurbitaceae, semangka, melon dan pare (peria) berlainan genus. Semangka (Citrullus lanatus, sinonim Citrullus vulgaris) adalah genus Citrullus, melon (Cucumis melo) genus Cucumis dan pare (Momordica charantia) masuk genus Momordica. Yang masih satu genus dengan melon, adalah mentimun (Cucumis sativus).  Semangka merupakan buah asli gurun Kalahari, Afrika Selatan. David Livingstone, seorang Missonaris Scottlandia (1873 – 1973), ketika menjelajahi benua Afrika menemukan buah semangka melimpah-ruah, karena tumbuh di mana-mana. Hingga ia yakin buah itu asli dari gurun Kalahari. Belakangan di sana memang diketemukan spesies liar semangka yang disebut Tsamma melon (Citrullus lanatus var citroides). Meskipun sampai sekarang tetap tidak diketahui, kapan budidaya semangka pertamakali dilakukan umat manusia.
Laporan tertulis yang sampai sekarang diketahui, pertamakali panen melon dilakukan di Mesir sekitar 3.000 tahun SM. Laporan ini tertulis dalam huruf hieroglyphs. Menurut laporan itu, semangka merupakan buah yang wajib disertakan dalam makam para Fira’un, sebagai bekal perjalanan sesudah kematian. Sekitar abad XI, semangka sudah dibudidayakan di daratan China. Hingga sekarang, RRC merupakan penghasil semangka terbesar di dunia.  Pada abad 13, bangsa Moor yang menyerbu Spanyol, mengintroduksi semangka ke daratan Eropa. Namun baru pada tahun 1615, semangka tercatat sebagai entri dalam kamus di Inggris. Padahal, pada tahun 1.500an, buah ini sudah masuk ke Amerika Utara. Para penjelajah pertama berkebangsaan Perancis, pada tahun 1.500an itu sudah menemukan, masyarakat Indian membudidayakan semangka di lembah sungai Mississippi.
Ada dugaan, para budak yang didatangkan dari benua Afrika, ketika itu membawa serta buah semangka, hingga secara tidak sengaja bijinya tersebar ke benua baru itu. Kemudian para tuan tanah dan pemerintah kolonial, ikut menyebarkan semangka ke berbagai kawasan di Amerika Utara. Misalnya ke Florida (1664), Colorado (1799), negara bagian di kawasan barat (1673, Connecticut (1747) dan Illiana (1622). Hingga sekarang kawasan Georgia, Florida, Texas, California dan Arizona di AS, merupakan penghasil semangka yang termasuk terbesar di dunia. Meskipun total produksi semangka AS, masih jauh di bawah RRC. Di Eropa dan AS inilah berbagai varietas semangka diciptakan. Puncaknya ketika Dr. Kihara dari Jepang menemukan teknologi membuat semangka tak berbiji. Teknologi ini mulai diperkenalkan dalam Third International Genetics Congress, di Stockholm, Swedia tahun 1948.
Tahun 1950an, Dr. Eigsti mengembangkan semangka tetraploid hibrida pertama. Teknologi ini terus dikembangkan sampai dengan meningalnya Dr. Kihara pada tahun 1986. Prinsip penciptaan semangka tak berbiji adalah, dengan meneteskan colchicine, zat alkaloid yang diekstrak dari tanaman bakung (genus Colchicum), pada tunas kecambah semangka biasa. Kecambah semangka biasa yang berkromosom 22 (semangka diploid = 2N), setelah tunas pucuknya ditetesi colchicine, akan bermutasi menjadi berkromosom 44 (semangka tetraploid = 4N). Ketika semangka tetraploid ini disilangkan dengan semangka diploid, hasilnya ada tiga jenis semangka, yakni 2N, 3N dan 4N. Semangka 3N (triploid) yang berkromosom 33, apabila ditanam akan menghasilkan semangka tanpa biji (seedless). Meskipun untuk membentuk buah, semangka 3N ini harus diserbuki oleh semangka 2N.
# # #
Sejak Dr. Eigsti, menciptakan hibrida semangka tetraploid pada  tahun 1950an, penggunaan colchicine menjadi tidak diperlukan lagi. Bahkan di Jepang juga sudah mulai dicoba pengembangan semangka 3N dengan benih vegetatif dari stek pucuk. Namun pada umumnya, produksi semangka tanpa biji dilakukan dengan menanam dalam satu petak lahan secara bersamaan, semangka 3N dan sekaligus semangka 2N sebagai polinator (penyerbuk). Hingga sebenarnya, benih semangka tanpa biji yang dijual di pasaran, terdiri dari biji semangka 3N dan sekaligus semangka 2N. Semangka 3Nnya berbunga jantan mandul, sementara semangka 2Nnya hanya akan menghasilkan bunga jantan. Hingga dalam satu areal penanaman semangka tanpa biji, hanya akan dihasilkan buah seedless.  Meskipun yang disebut sebagai semangka tanpa biji, sebenarnya tetap ada bijinya. Namun biji ini tidak pernah berkembang sempurna, hingga hanya membentuk butiran kecil-kecil berwarna putih pada daging buah.
Meskipun penghasil semangka terbesar di dunia adalah RRC, namun  tampaknya yang benar-benar tertarik untuk mengotak-atik buah ini hanya para peneliti Jepang. Pada tahun 1990an, Zentsuji, seorang petani semangka di  Negeri Matahari Terbit ini, melakukan eksperimen membuat semangka kotak. Sebab semangka bulat, akan boros tempat ketika diangkut dan disimpan dalam cold storage. Dengan bentuk kotak (kubus), buah semangka menjadi ringkas dalam bobil boks dan cold storage. Tetapi semangka kotak tidak mungkin diperoleh melalui rekayasa genetika seperti halnya menciptakan semangka tanpa biji. Maka Zentsuji pun “memasung” tiap buah semangka di ladangnya dengan kotak kaca. Sejak masih pentil. Karena terdesak kotak kaca, maka pertumbuhan tidak menjadi bulat melainkan kubus. Bahan kaca dipilih sebagai “pemasung”, untuk tetap memberikan warna alamiah kulit buah. Dengan kotak bukan kaca, kulit semangka akan menjadi putih keruh.
Di Indonesia, budidaya semangka umumnya dilakukan di lahan-lahan sawah pada musim kemarau. Pengairan berasal dari pompa pantek atau pompa sedot yang mengangkat air dari sungai. Teknik budidayanya, ada yang hanya dengan hamparan dan tanpa mulsa plastik, tanpa ajir dan tanpa membuang buah. Ada pula budidaya dengan bedeng, mulsa plastik, ajir dan hanya membiarkan satu buah pada tiap individu tanaman. Benih yang ditanam para petani, kebanyakan benih impor dari Taiwan, dan Jepang. Benih lokal juga ada, namun kurang diminati petani. Jenis semangka yang dibudidayakan mulai dari yang berbentuk bulat sampai lonjong memanjang (oblong). Kulit buah dari hijau polos kehitaman (sengkaling), sampai loreng hijau muda hijau tua. Warna daging buah merah cerah, orange dan kuning. Meski semangka seedless lebih digemari, namun semangka berbiji tetap dibudidayakan pula. Biaya produksi semangka berkisar antara Rp 20.000.000,- sd. 30.000.000,- per hektar per muim tanam. Kalau panen bagus, hasil brutonya bisa dua sampai tiga kali lipatnya. (R) # # #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar